Penyerahan Mandataris
Roda organisasi kaderisasi akan selalu berputar sebagaimana mestinya, pada periodesasi kali ini kami dari Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bojonegoro, menentukan tema pilihan dari sebuah proses Tabayun begitu panjang.Khidmat PMII untuk Bojonegoro Berkemajuan”, dari dasar falsafah tema itu sendiri sudah mengandung nilai-nilai juang dengan sepenuhnya mengabdikan diri di PMII sebagai ruang input pengembangan kader serta memberikan perubahan lebih baik bagi Kabupaten Bojonegoro di masa mendatang.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan dunia pada peradaban industri yang semakin maju dan kompleks. Peradaban industri yang tidak hanya memproduksi barang secara massal, otomatisasi, dan menawarkan kecepatan produksi, namun ia juga membawa laju arus informasi melebihi kecepatan waktu yang bisa dimanfaatkan sebagai media dalam pengembangan kaderisasi PMII.

Laju perkembangan itu semakin cepat tanpa disadari, dan sampai saat ini titik akhirnya belum mampu terprediksi, ketika tenaga manusia tergantikan mesin uap, manusia belum terpikirkan tentang otomatisasi produksi, apalagi tentang temuan tehnologi terbaru berupa robot yang mampu mengantikan peran manusia sebagai penerima tamu di hotel-hotel, pelayan restoran, teller bank, bahkan menjadi pasangan hidup. Saat santri masih mengaji fathul qarib, fathul mu’in, dan fathul wahab, dunia telah menawarkan uang digital pengganti uang konvensional yang mendobrak pakem-pakem fiqih muamalah yang dipelajari.

Dengan kondisi dunia yang seperti itu, tentu sedikit banyak menimbulkan keterasingan, yang dalam padangan Marx, keterasingan bukan hanya berarti bahwa manusia tidak mengalami dirinya sendiri sebagai subjek akan realitas, tetapi juga berarti bahwa dunia tetap asing bagi manusia. Manusia yang semakin bergantung pada teknologi semakin ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, dan semakin sedikit dari dirinya yang asli yang dapat diperolehnya. Apalagi teknologi yang ada hanya menghamba pada kepentingan industri yang berkuasa.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan organisasi kaderisasi dengan basis massa terbesar di Indonesia yang membawa arti penting pada sebuah  pengembangan kapasitas keilmuan berbasis  literatur. Pada 17 April 1960 PMII dideklarasikan sebagai organisasi Keagamaan dengan faham Ahlu Sunnah Waljamaah di bawah naungan Nahdlatul Ulama dan PMII harus mampu memanfaatkan ruang-ruang digitalisasi sebagai media dakwah Islam Rahmatal Lil’alamin.

PMII didirikan sebagai upaya dalam menyiapkan kader-kader intelektual dan akademisi keilmuan yang mampu membawa peradaban baru bagi Nahdaltuul Ulama (NU). PMII memiliki peran penting dalam internal organisasi NU untuk konsisten menjadi sayap ideologis kultural dan struktural organisasi dengan mengkampanyekan Islam yang Rahmatal lil’alamin yang mengajarkan nilai-nilai tasammuh, tawasut, tawazun, dan ta’adul di tengah pelbagai sudut pandang dalam menafsirkan faham ke-agamaan di Indonesia.

Pada titik puncak era reformasi jatuhnya rezim diktator Soeharto, Gus Dur berhasil membuka kran demokratisasi keilmuan ditubuh internal PMII, dengan mendorong pengembangan kapasitas keilmuan sekaligus memperkenalkan idelogisasi buah buku kiri islam karya Hasan Hanafi, dan juga hasil pemikiran-pemikiran Asghor Ali Enginer, serta tokoh-tokoh yang lain sebagai kajian dan diskursus rutin diberbagai struktur kaderisasi mulai dari tingkat Rayon, Komisariat dan Cabang pelbagai daerah. Pada dasarnya Gus Dur ingin membuka kran pemikiran dan gerakan bagi Mahasiswa NU yang sudah terkoptasi selama puluhan tahun lamanya dan bangkit kembali membawa perubahan bagi Bangsa dan Negara lebih baik dikancah Peradaban Industri.

Sementara itu PMII berdiri di Bojonegoro tahun 1986, usia yang tidak cukup muda bahkan hampir setengah abad, maka dari itu sebagai kader-kader PMII Bojonegoro hendak untuk selalu berijtihad dalam menentukan dan megambil langkah ruang gerak yang dinamis untuk marwah internal organisasi dan Kabupaten Bojonegoro lebih maju. Kalau kita amati bersama bahwa di dalam periodesasi kali ini, kita tetap komitmen menjadi garda depan Kabupaten dalam mendorong kebijakan-kebijakan daerah yang sesuai dengan harapan masyarakat.

Disisi lain, Buah Buku Jejak PMII Bojonegoro karya sahabat-sahabati akan menjadi salah satu refrensi tentang dinamika berdiri dan bertahannya organisasi pergerakan selama ini. Walaupun buku tersebut belum representative sebagai catatan kaki sejarah PMII Bojonegoro, dan hanya sekedar memberikan gambaran secara umum sekaligus khusus untuk koleksi bacaan pribadi. Setidaknya dari sekian lama periodesasi PMII Bojonegoro berjalan. Anggota dan Kader PMII mengetahui bahwa mendirikan tidak semudah mempertahankan pada arus yang begitu unik dan indah kalau kita cermati bersama.

Dan selamat kepada Sahabat Herri Siswanto sebagai mandataris Ketua Cabang PMII Bojonegoro masa khidmat 2021-2022 yang ditetapkan dalam Konferensi Cabang XXVI PMII Bojonegoro pada 25 April 2021. (M. Andrea)