Kehidupan masyarakat Indonesia ditempo dulu penuh dengan keresahan dan kemunduran dalam berbagai hal, kekuasaan ekonomi yang dikendalikan oleh para penjajah menyisakan tangis, penyiksaan fisik dan penjarahan diberbagai daerah khususnya Jawa, sampai hari ini kultur muara penindasan masih bisa dirasakan hingga ke beberapa keturunan.

Potret pedesaan dimasa lalu, sangat minimalis sekaligus sederhana, pada dasarnya meadset berpikir orang-orang jawa itu➖membangun rumah itu cukup dengan kemampuan yang didapat di lingkungan dan alam (hutan) sekitarnya, malah lebih penting dari rumah, cukup membuat atap sebagai peneduh, dan menambah batas untuk menjaga privatisasi persoalan antar keluarga, memang ada hal yang harus disembunyikan dan tidak seharusnya disembunyikan, misal yang menjadi bahan obrolan tengah sore hingga larut malam.

Bangsa Indonesia dijajah tidak hanya puluhan tahun lamanya, akan tetapi ratusan tahun masanya, oleh sebab itu watak khas yang dimiliki oleh orang-orang jawa dengan konsep kesederhanaan sangat dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa eropa, tidak heran jika diantara mereka lebih suka dengan gaya modern dengan sengaja meninggalkan gaya tradisionalis➖primitif (watak khas prbumi), belum lagi konsep kelas sosial-ekonomi didominasi oleh kekayaan materil pada pembangunan fisik yang berlatar belakang dari konsep membangun rumah, lingkungan dan budaya dengan konsep modernis.

Mengingat prilaku kekejaman penjajah, terjadi disalah desa yang menjadi wilayah jajahan, bahwa orang-orang Jawa harus "Nyunggi tampah berisi beras diberikan kepada penjajah". Betapa eronisnya, bagi mereka yang membangkang melakukan perlawanan dianggap musuh oleh penjajah, kemudian ditahan tanpa peradilan puluhan tahun lamanya.

Dalam bahasa Jawa "Nyunggi Tampah Gae Penjajah" adalah membawa tampah dengan cara ditempatkan diatas kepala berbaris lurus ke-belakang. Tampah yang ukurannya tidak besar berisi beras disetorkan ke Penjajah (bayar umpeti). Kenapa demikian, secara mayoritas orang-orang Jawa dulu itu sumber kehidupannya dari pertanian yang melimpah, seperti sanepan Madyapura "gemah ripah loh jinawi". Dalam urusan pangan orang-orang jawa itu tidak akan kekurangan dan kemakmuran luar biasa.

Ratusan tahun harus tunduk kepada penjajah, mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh penguasa negara tetangga, tidak ada satu pun diantara mereka yang melawan, karena orang-orang yang lahir ternama (asli prubumi) menjadi bagian dari penguasa menyokong segala bentuk kriminalisasi dan penindasan, itu pun yang diamanati sebagai pemimpin daerah dengan kekuasaan lahan tidak terhingga (tuan tanah).

Dalam segi pendidikan, mereka yang masih punya keturunan bangsawan, dan bisa dhitung jari pada masa itu, pasti orang-orang tertentu yang bisa menikmati sekolah di eropa, dan pulang menjadi penerus tangan panjang para penjajah.

Hemat sebagai penulis belajaran, hari ini kita bisa merefleksikan kembali bahwa sejarah Bangsa Indonesia Merdeka baru-baru saja, bisa dikatakan baru saja kemarin sore, karena belum ada satu abad, akan tetapi peristiwa penjajahan tempo dulu itu begitu masif, secara kultur pendidikan, sosial dan ekonomi menjadi akses pelancaran dan memperpanjangan tangan penjajah.

Terutama dunia pendidikan, kalau kita membaca diberbagai jurnal dan buku, dipra modern hingga separuh abad modern, pendidikan eropa lah yang maju, tentu dengan biaya begitu mahal, maka orang-orang yang pendapatnya kecil tidak akan bisa menikmati dan meakses pendidkan, tebukti juga dengan jumlah masyarakat Indonesia masih terdapat ribuan yang masih buta huruf, karena sulitnya mendapatkan akses pendidikan layak.


Penulis : Muhammad Andrea