Gambar admin sabdaliterasi
Dia namanya Mas Widodo Ramadhani, panggil saja Raden Mas Widodo dengan gelar Dapok Opo, begitulah masyarakat pedesaan memuji dan menghormati salah pengeran pewaris Kerajaan.

Satu kali lagi, dan dipertegas lagi panggil saja dia Raden Mas Widodo sapaan akrab yang diberikan juga oleh sahabat-sahabati dalam ruang Ngaos Jurnalistik Intensif, dia memberanikan diri berjalan di medan pertarungan ide dan gagasan, demi intensitas waktu yang dimiliki, seorang Mahasiswa satu ini mendapatkan gelar Dapok Opo, karena sering menggunakan bahasa-bahasa yang sering dipakai menyapa orang lain disetiap harinya.

Kalau kita melihat profilnya, dia seorang anak yang dilahirkan dari penjuru pelosok kota tengul desa Bogangin Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro. Dia keturunan keluarga yang mapan, mantab, kecukupan, namun jelang beberapa bulan, dia dinisabatkan oleh tokoh adat sebagai pewaris tahta Kerajaan Bhok Tanghi. Tidak heran lagi jika kalian mendengarkan kata Bhok Tanghi yang sering keluar dari sangkar mulutnya.

Konon ceritanya kata Bhok Tanghi memuat multi tafsir tetapi dia lebih menafsirkan sebagai bahasa kiasan dalam menunjukan arti Pemalas, Malas Belajar, Malas Bekerja, Malas Berzikir dan Malas mengungkapkan perasaannya sama si dia, sehingga sulit untuk bisa duduk bareng seperti "Mudhof Ilaih" (dua kalimat dijadikan satu)

Ketika Pangeran Kerajaan Bhok Tanghi menguasai pusaran peradaban perasaan antara memilih kekasih atau mantan, dia mengalami kegelisahan yang mendalam, terutama soal sikap untuk memilih atau tidak memilih diantara keduanya, tetapi dia lebih menghindari pertikaian antara dualisme perasaan dengan satu rasa yang menyiksa seperti amalnya huruf ilat yang merusak kedudukan bina' Sahih pada Fiil.

Dalam kitab bahasa Jawa hanya sepenggal bahasa yang ditulis dan dipopulerkan di masyarakat setempat, menjadikan rujukan bahwa Pangeran Dapok Opo sebagai penulis handal dimasanya, dia mampu menceritakan peristiwa keruntuhan Kerajaan Naum atas dominasi kekuatan dan perlawanan Kerajaan Bhok Tanghi yang dimilikinya.

Dia pernah berpikir tentang membangun keraton di tengah-tengah kekaisaran para dewa Naum, berhubung petunjuk hadir dalam hatinya yang diberikan oleh empunya sebagai pembisik utama, maka keberanian dalam meruntuhkan Kerajaan Dewa Naum hanya dengan kekuatan mistik yang dimilikinya, kaya kekuatan dukun yang dipercayai beberapa hari kemarin terkait dengan Pilkades di desanya calon yang didukung mampu meraup suara 600 lebih dari jumlah DPT kurang lebih 1000 dengan 3 calon duduk di kursi panas.

Pasca runtuhnya Kerajaan Dewa Naum, Kerajaan Bhok Tanghi membangun Keraton di Media Online, dengan nama Bhoktanghi.blogspot.com sebagai media alternatif dalam membangun opini dan narasi untuk mempertahankan kekuasaannya di era milenialism.

Kalau penulis mendefinisikan tokoh raja, dia berprilaku adil dan bijaksana, bijak dalam bermedia sosial, bijak berbicara dan bercinta hingga tenggelam dalam lautan rasa, hanya saja lemah secara sikologis dan tekanan batin kalau sudah bicara tentang kekasih dan mantannya.

Sistem pemerintahan Kerajaan Bhok Tanghi beda dengan konsep tokoh-tokoh jawa yang lahir dizaman kerajaa-kerajaan terdahulu yang lebih dominan ke Feodalistik, tetapi Kerajaan Bhok Tanghi ini lebih mengedepankan nilai-nilai demokratis ala sosialistik.

Dalam tafsiran Demokratis-sosialistik, Pangeran lebih memberikan ruang atau akses bagi rakyatnya untuk selalu mengirim surat kritikan disetiap minggu di keratonnya, karena dengan begitulah Kerajaan dapat berkembang dengan baik tanpa ada intrik apalagi subordinat antar pajajaran maupun kelas sosial di dalamnya. Dia mampu menghapus kelas kaya dan miskin.

Belum lagi soal perekomian disekitaran keraton, dengan aktivitas pendapatan dari lahan pertanian dikerjakan secara saksama, kerja bareng, panen bareng dan makan bareng, tetapi ada beberapa hasil pertanian yang harus disimpan secara transparan di lumbung keraton sebagai pasokan tetap, ketika musim kekeringan dan gagalnya tanaman dirandang penyakit berkepanjangan. Masih ada padi yang diharapkan untuk menyambung hidup bersama rakyat.

Begitulah konsep sederhana yang dimiliki oleh Raden Mas Widodo yang dinisbatkan sebagai Pewaris Kerajaan Bhok Tanghi atas keberaniannya dalam mengahancurkan kebiadaban dan kedzoliman Kerajaan Naum.


Penulis : Muhammad Andrea Founder sabdaliterasi.co