Dalam Buku Pesan Dari Tanah karya Mas Hilmi Faiq yang memuat kumpulan cerpen, memberikan belbagai variasi dan dinamika sosial masyarakat Indonesia dengan beberapa permasalahan yang tidak selesai-selesai sampai hari ini.
Dengan buku itu kita dapat membaca, mengamati, dan mendiskusikan suatu kejadian yang selama ini belum kita ketahui, apalagi dalam kumpulan cerpen ini yang memuat daya magic sekaligus pada akhir cerita terdapat kejutan-kejutan baru hingga pembaca terbawa ke dalam ruang imajinasi yang dipenuhi rasa penasaran.
Seperti Cerpen yang berjudul "Tolong Jangan Matikan Lampu di Ruang Tamu" adalah cerpen yang memperlihatkan tentang komunitas adat yang sudah puluhan tahun mempertahankan hidup dengan mentergantungkan dari hasil berkebun, dengan berjalannya waktu mereka dihadapkan dengan belbagai persoalan dengan adanya perusahaan yang sedikit demi sedikit mengusik keberadaan dan ketentraman lingkungannya.
Pada suatu hari, kejadian meramaikan sejagad komunitas adat, bahwa seorang bapak dibawa aparat dengan tuduhan sebagai pencuri oleh perusahaaan. Padahal perbuatan pencurian merupakan bagian daripada larangan di dalam komunitas adat itu sendiri, tidak mungkin ia melanggar kesepakatan hukum-hukum lingkungan yang sudah diturunkan oleh nenek moyang puluhan tahun lamanya.
Kejadian itu mengingatkan saya kembali tentang ketua komunitas adat kinipan di tangkap aparat dengan tuduhan yang tidak jelas pada Agustus 2020. Dan vidio penangkapan menghebohkan dunia maya waktu itu.
Disitu kita bisa membaca bahwa betapa mirisnya warga negara Indonesia yang hidup di pedalaman sebagai penunggu alam, lingkungan, dan hutan selama puluhan tahun lamanya. Dan hari-hari ini mereka merasakan ketidak nyamanan dengan perubahan-perubahan yang terjadi, misal ketika negara memberikan akses yang mulus bagi para investor untuk membuka dan membabat diseluruh sektor yang dirasa menguntungkan bagi perusahaan itu sendiri dengan dalih mempercepat ekonomi pembangunan dan kesejahteraan rakyat untuk membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya, tentu akan ada dampak dibalik itu semuanya.
Disisi lain, ada juga menurut saya dalam cerpen "Ugap Tak Lagi Gagap" yang menggambarkan seorang bapak yang harus mendidik dan merawat anaknya agar seperti fans beratnya yakni Ustaz Zainudin Mz yang begitu populer waktu itu.
Maka seorang bapak tersebut menginginkan buah hati lelaki yang akan di didik menjadi seperti fansya tersebut. Dengan lambat tahun, anaknya begitu keberatan, karena sudah terlalu banyak tekanan mental dan tekanan moral, ia harus meninggalkan rumah.
Apalagi, cerpen yang berjudul "Kebenaran hanyalah kebohongan yang divalidasi" memiliki plot twist banget, bahwa gambaran besar seorang wartawan yang sedang meliput aksi demonstrasi dan juga memperlihatkan seorang intel yang meminta data berita yang masih mentah, kemudian segera di sampaikan ke kantor untuk bahan siaran pers secara terbuka yang diikuti puluhan media baik online maupun cetak.
Padahal pewarta sudah mencoba beberapa kali untuk melakukan verifikasi dan memberikan tambahan data yang lebih objektif. Akan tetapi ia menolaknya, karena sudah disampaikan kepada komandannya, dan ia takut kena marah. Dengan demikian kita dapat mengambil pelajaran bahwa menjadi seorang pewarta/wartaean tidak semudah itu, akan tetapi dalam menggali data, investigasi, proses verifikasi sekaligus konfirmasi terhadap narasumber menjadi kebutuhan pokok jurnalism supaya informasi lebih akurat dan fakta.
Kalau pun sudah sefakta itu, akan berbeda lagi berita tersebut, ketika siapa yang menyampaikan, dan siapa juga yang menulis, dan untuk siapa berita itu.
Begitulah pemahaman saya mengenahi beberapa cerpen dalam Buku Pesan Dari Tanah. Buku ini sangat bagus karena sudah membuka peristiwa-peristiwa fakta yang berhasil difiksikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Bagi kalian yang ingin memesan, silahkan langsung menghubungi Mas Hilmi Faiq dan semoga kalian beruntung menjadi pembaca yang budiman dan ramah hati sekaligus mengobati hati yang sedang terpatahkan oleh hati-hati.
Salam
#Sabdaliterasi
Muhammad Andrea
0 Komentar