Perjalanan pelik nan panjang sebuah berdirinya suatu bangsa yang utuh dan merdeka dari negera tetangga jajahan, masyarakat pribumi harus dihadapkan dengan masa kolonialisme hingga feodalisme kemudian kapitalisme.

Kolonial menjadi cerminan bagi masyarakat, bahwa sejarah mencatat ribuah rakyat pribumi pernah menjadi tumbal dalam perebutan ekonomi sebagai penunjang kehidupan bernegara dan menata ruang-lingkup kehidupan umat manusia, perebutan wilayah atas teritorial yang ditentukan.

Diceritakan dalam Buku Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer, bahwa peralihan masa di abad 19 ke 20, dijadikan kaca mata sebagai mana kehidupan masyarakat Jawa yang lebih didominasi oleh kekuatan para kolonialisme yang menghilangkan identitas kaum pribumi itu sendiri dengan sediakala yang ada dan harus tiarap ratusan tahun lamanya.

Penjarahan dan penjajahan yang diperoleh kaum pribumi sungguh mengenaskan, semua hak dan martabat terampas secara paksaan, tenaga diperas siang hingga malam, tanpa mendapatkan apa-apa, sisi lain juga ada terkaitan dengan pendidikan yang hanya didapat oleh kaum ningrat (orang-orang pribumi yang menjadi utusan belanda).

Dalam catatan sejarah, pertanda masa pra modern menjadi titik awal perjuangan dan perlawanan bagi rakyat yang sadar, untuk membangun kekuatan perlawanan dengan belajar organisasi dan menyamakan persepsi antara merdeka atau mati di tanah kelahiran Ibu Pertiwi.

Tidak hanya itu, mereka yang sadar dengan kondisinya, melakukan transformasi gerakan-gerakan komunal untuk mengusir para kolonialisme hingga menghapus sisa-sisa Feodalisme, dengan bergabung di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang terdapat visi-misi akan lebih efektif, bahwa sejarah mencatat Indonesia pernah jaya dimasanya, (masa kerjaan Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam Wuruk).

Kemudian mari kita baca sebentar, tentang watak dan pemikiran dari Tokoh Pahlawan Nasional yang sangat menginspirasi seperti H.O.S Tjokroaminoto, seorang diri yang mampu mendirikan organisasi pertama dan terbesar di Indonesia yaitu Serikat Islam (SI).

Tjokroaminoto juga merupakan guru bagi tokoh-tokoh yang kelak sangat berpengaruh, seperti Sukarno, Semaoen, Musso, hingga Maridjan Kartosoewirjo. Maka, tidak berlebihan jika Tjokroaminoto boleh disebut sebagai bapaknya bapak bangsa Indonesia yang mampu menelurkan beberapa generasi pelopor kemerdekaan.

Titik puncak sebuah perlawanan yang dilakukan oleh Tjokroaminoto, karena sudah tidak tahan lagi dengan perlakukan kolonial masa itu, walaupun berat bagi dirinya untuk menyampaikan tentang ide-ide kemerdekaan yang kerap sekali akan dituduh subsversif dan dipenjara.

Tak lama kemudian, ide kemerdekaan dijadikan tujuan utama dalam Kongres Serikat Islam tahun 1916, Ia melantangkan bahwa zelfbestuur menjadi salah satu tujuan Sarekat Islam dalam kongres tahun 1916 itu. "Kemerdekaan anak negeri dan kemerdekaan Hindia adalah tujuan dari perjuangan Sarekat Islam!" seru Tjokroaminoto.

Dengan lebih keras lagi disampaikan oleh ayah Siti Oetari—istri pertama Sukarno—ini mengecam praktik kolonialisme dan imperialisme. Tjokroaminoto tidak sudi negeri kelahirannya selalu dijadikan ajang eksploitasi oleh bangsa asing.

“Tidaklah pada tempatnya menganggap Hindia sebagai seekor sapi perahan yang hanya diberi makan demi susunya," tukas Tjokroaminoto, dikutip dari Cahaya di Kegelapan: Capita Selecta Kedua Boedi Oetomo dan Sarekat Islam Pertumbuhannya dalam Dokumen Asli (1981) suntingan Pitut Soeharto dan Zainoel Ihsan (hlm. 230).

Dengan sederhana itu lah untuk membaca sejarah, sebagai kerangka refleksi, bahwa bangkitnya spirit perjuangan dalam melawan kolonial dari kesamaan persepsi di dalam organisasi.

Penting dan memang penting belajar organisasi, dalam menggali segala potensi dalam diri dan mengasah berbagai kelebihan yang kita miliki, seperti yang pernah disampaikan Pramoedya Ananta Toer, "Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan".

Maka dari itu lah, kenapa kita harus senantiasa duduk bareng, menikmati kopi sembari berbicara tentang senja yang tidak pernah bisa bertemu dengan bulan, selebihnya berbicara tentang tokoh-tokoh pejuang kemerdeka-an.

Penulis : Muhammad Andrea

Documentasi : Mapaba 2020 PR PMII Raden Paku Komisariat Sunan Giri Bojonegoro