Bulan Ramadhan telah tiba, membawa jutaan berkah bagi umat islam sedunia, sayangnya, masyarakat pada sibuk menjadi budak para politis desa, mengumpulkan massa dalam suasana terbuka

Ketertarikan terhadap sesuatu yang abstrak akan mengakibatkan fatal pada persoalan politik, merea menganggap politik adalah uang yang melimpah, masuk relung dalam jiwa, bergeloranya kertas merah dalam amplop yang tersembunyi.

Kumpulkan massa demi suara, menghabiskan watu Ramadhan dengan adu mulut sesama tetangga, kehinaan akan tertutupi dengan sejuta kebaikan yang dirasa, bila mushola dan masjid menjadi tempat kampanye, apakah boleh berkata, bahwa agama tak lagi jembatan menuju Tuhan melainkan dikursi Desa.

Kehadiran bulan rebut kursi desa serentak, menjadikan momok seirus bagi khalayak masyarakat, mereka berbondong-bondong mencari keuntungan dalam menentukan pilihan, tak elok lagi, jika telah begi, dikemanakan desa kami lupa dengan Visi dan Misi.

Tak ubahnya diriku, hanya mampu melihat situasi dan kondisi, seperti dalam jeruji, tak bisa berkata apa-apa tentang perebutan kursi, tak bisa bergerak dengan kat pesta demokrasi, jika telah ternodai sebutir amplop putih berisi 5 lembar kertas warna merah.

Bilamana tetangga sudah saling tuding atas keangkuhan, kelebihan dan kebenaran para calonnya, tak lain lagi, hilangnya sapa menyapa, tenggelamnya gotong royong, karena beda pilihan dalam merebut kursi kekuasaan

Karya : M. Andrea