Logo PMII terbaru 2019


MATERI 1

ANTROPOLOGI KAMPUS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MAHASISWA

A.    Devinisi Antropologi dan Mahasiswa
Kata dasar dari Antropologi berasal dari Yunani yaitu Anthros yang berarti manusia dan logos berarti ilmu. Sederhananya, Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia. 
Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
ü William A. Haviland (seorang Antropolog Amerika) ‚Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.‛
ü David Hunter ‚Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.‛
ü Koentjaraningrat (Bapak Antropolog Indonesia) ‚Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.‛
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.‛
Sedangkan Mahasiswa dipandang dari sisi legalitas merupakan seorang yang menuntut ilmu sekaligus berada dalam fase atau tingkatan Perguruan Tinggi, yang mana menunjukkan bahwa dia sudah dikatakan lebih tinggi dari seorang siswa. Namun lebih dari itu, mahasiswa bukanlah sekedar dilihat dari legalitasnya semata melainkan bagaimana ia bisa lebih dewasa dari seorang siswa, lebih aktif kritis solutif pada kondisi dan situasi di lingkungannya daripada seorang siswa (Kampus maupun dalam masyarakat) sekaligus dapat berperan luas untuk sebuah ke-Negara-annya, yang pasti berperan baik serta Proggressif membangun kedepannya. 
Dilihat dari pandangan Sejarah, Mahasiswa adalah salah satunya garda depan dalam peningkatan keintelektualan maupun salah satu generasi yang menyebarluaskan peradaban, baik peradaban Islam maupun Peradaban Lokal. Sering kali, kita sendiri sebagai Mahasiswa bahkan belum cukup mengetahui dan memahami bagaimana sebenarnya peran Mahasiswa itu sendiri. Tanpa disadari, kita juga masih ingin diperlakukan sebagai seorang siswa, padahal harusnya sebaliknya harus bisa menjadi pengolah maupun penggerak segalanya. Memang, menjadi seorang Mahasiswa tidaklah mudah kelihatannya, karena ada banyak hal yang perlu dilakukan mestinya.

B.     Tipologi MAHASISWA
Unsur-unsur dari suatu kebudayaan dalam artian disini adalah budaya kampus kita tidak dapat dimasukan kedalam kebudayaan kampus lain tanpa mengakibatkan sejumlah perubahan pada kebudayaan itu. Tetapi harus dingat bahwa kebudayaan itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah. Tanpa adanya ‚gangguan‛ dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang akan memperkenalkan variasivariasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungan kebudayaan tersebut mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut. Serta pada dasarnya budaya mahasiswa yang tak bisa berubah dan bersifat mutlak yaitu diskusi, membaca dan munulis. 
Apabila dilihat dari pengertian antropologi sendiri kemudian diterapkan dalam kehidupan kampus jelas artinya bahwa tujuan kita mempelajari antropologi kampus agar kita mampu memahami tentang budaya - budaya kampus baik itu cara berprilaku, tradisi dan nilai-nilai dalam dunia kampus.
Suatu perubahan dalam kampus tidak akan terjadi apabila kita sebagai mahasiswa tidak mampu mengexplore segala kemampuan kita sebagai wujud tanggung jawab sosial sebagai mahasiswa. Karena kampus hanya sebuah benda mati yang mana tidak akan berbuat sesuatu apapun terhadap diri kita apabila kita hanya terdiam tanpa berbuat apapun tetapi sebaliknya kita harus mampu memberikan sesuatu terhadap dunia kampus baik dari segi pemikiran, maupun bergerak dalam organisasi sebagai tempat latihan kita dalam mengembangkan kemampuan kita.
Dalam menyikapi semua itu terdapat bermacam-macam tipe mahasiwa yang ada dalam dunia kampus yang sudah dijadikan budaya perilaku, nilai-nilai sebagai dasar perilaku yang mana mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri mengapa berprilaku seperti itu.
Tipologi mahasiswa tersebut terbagi dalam beberapa kelompok antara lain:
1.      Akademis (Cenderung terpaku pada materi kulilah saja)
2.      Agamis (Religius, bukan berarti sok suci)
3.      Apatis (Tidak mau tahu)
4.      Hedonis (Bersikap seenaknya sendiri, hura-hura dsb) 5. Kritis (Tanggap, cerdas, tidak mudah puas, dsb) 6. Dan lain-lain.
Dari pengelompokan mahasiswa diatas jelas semuanya ada secara berdampingan tinggal kita sendiri yang mampu menilai diposisi mana kita berada. KBM (Keluarga Besar Mahasiswa) sendiri merupakan sebuah organisasi mahasiswa dengan tipe-tipe mahasiswa yang beragam, yang mana tetap menjunjung tinggi nilai Islam Ahlussunnah wal jama’ah yang menjadi suatu landasan perubahan dalam kampus dengan wujud mengawal segala isu-isu yang berkembang guna kepentingan mahasiswa secara umum, tetapi kebanyakan posisi kita sebagai generasi KBM berada pada tipe mahasiswa yang kritis dengan tidak melupakan kewajiban kita sebagai mahasiswa yang akademis serta tidak lupa pada kewajiban kita sebagai umat yang beragama atau mungkin lebih mudah kalau menggunakan istilah sahabat- sahabat PMII yaitu Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh.

C.    Peran dan Tanggung Jawab MAHASISWA
Sebagaimana definisi diatas, Mahasiswa merupakan anggota dari suatu masyarakat tertentu yang merupakan ‚elit‛ intelektual dengan tanggung jawab terhadap ilmu yang melekat pada dirinya. Sehingga merupakan anggota masyarakat yang berada pada tataran elit karena kelebihan yang dimilikinya, dengan demikian mempunyai kekhasan fungsi, peran dan tanggung jawab. 
Dari identitas dirinya tersebut, mahasiswa sekaligus mempunyai tanggung jawab intelektual (Pengolahan Pemikirannya), tanggung jawab social (Kreatifitasnya dalam ketersediannya membawa masyarakat kepada perubahan yang nyata), serta tanggung jawab moral (Pembentuk maupun Peningkat dalam problematika sikap ramah, santun dan berkeadabannya setiap bangsa). Yang mana dari sinilah dapat diketahui melalui Nilai penting ‚PMII sebagai wadah pembaruan ke-mahasiswa-an‛, Mahasiswa yang katanya garda depan reformasi pengalihan kekuasaan serta bukti nyata dalam mengemban amanahnya. Sehingga dapat didetailkan bagaimana sesungguhnya Mahasiswa itu berperan. Berikut penjelasannya:
1.      Mahasiswa Sebagai Agen Of Change
Mahasiswa merupakan tonggak paling ampuh, tajam, dan terpercaya. Inilah asset penting, yang menjadi tulang punggung kemajuan bangsa ini di masa depan. Untuk itulah mahasiswa sebagai agen of change diharapkan mampu untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi Indonesia. Dengan memanfaatkan kekayaan bangsa dan daya pikir yang tajam serta kritis, mahasiswa dapat dipercaya sebagai agen of change. Mahasiswa adalah intelektual muda, yang dalam sejarahnya mahasiswa mampu membawa perubahan Indonesia dari masa orde baru ke masa reformasi. Mahasiswa memiliki gejolak dan semangat luarbiasa sehingga berani keluar dari pakem apabila merasa tidak sesuai dengan kebenaran.
2.      Mahasiswa Sebagai Agen Of Control Sosial
Mahasiswa nantinya bakal terjun dalam masyarakat, tentu keadaan terbarukan akan masyarakat menjadi hal wajib untuk diketahui. Dalam kehidupan ini, mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan selalu tanggap dan sadar apabila terjadi gejolak atau perubahan pada masyarakat. Dengan rasa peduli dan sikap sosialisnya, mahasiswapun dapat menjaga kestabilan sosial. 
Itulah kenapa peranan mahasiswa sangat berpengaruh sebagai pengawas kehidupan masyarakat. Peran mahasiswa sebagai Agen Of Control Sosial tentu tidak main-main. Misal, apabila dalam suatu kawasan yang masyarakatnya sedang dalam konflik atau dalam gunjang-ganjing persoalan, dan pada saat itu pula mahasiswa terjun langsung dalam kawasan tersebut, secara naluriah, mahasiswa yang notabene memiliki cara pandang objektif dan idealis realistis lebih mudah menyelesaikan suatu konflik daripada masyarakat itu sendiri yang mungkin diselimuti ego subjektif masing-masing. Suatu demonstrasi juga merupakan aksi mahasiswa sebagai bentuk control sosial apabila dalam pengambilan putusan pemerintahan terdapat ketidaksesuaian dengan kondisi masyarakat. Tentulah mahasiswa berperan sangat penting sebagai Agen Of Control Sosial.
3.      Mahasiswa Sebagai Agen Of Innovation
Inovasi adalah pengembangan nilai-nilai. Mahasiswa sebagai Agen Of Innovation tugasnya adalah memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan yang baru. Karena seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan zaman pun juga akan berubah. Sehingga peran penting mahasiswa untuk menggunakan intelekualnya sangat dibutuhkan di dalam masyarakat.

D.    Peran dan Posisi (Gerakan Mahasiswa) dalam Sejarah Indonesia
Mari kita lacak latar belakang mengapa gerakan mahasiswa banyak muncul di negara berkembang.
Pertama, modernisme dalam banyak bidang ekonomi politik, terutama dalam rangkaian dengan kekuasaan, oleh kekuatan dan dominasi ekonomi politik negara-negara Utara terhadap negara-negara Selatan, menyebabkan terjadinya transformasi sosial dalam bentuk kolonialisme, imperialisme sampai neo liberalisme yang terjadi hingga sekarang ini. Fakta akan adanya dominasi dan kesenjangan kelas semakin kentara dan tidak bisa di tutuptutupi. Ini yang menjadi latar belakang utama kemunculan gerakan-gerakan pembebasan yang banyak didominasi kelompok muda intelektual yaitu mahasiswa. Dalam banyak hal keterlibatan gerakan mahasiswa dalam gerakan-gerakan terutama gerakan politik banyak mendapat pengaruh dari kondisi domestik maupun global. Namun hal yang eukup menjadi dorongan utama adalah kondisi politik dalam negeri. MisaInya saja kediktatoran pemerintaham militer Soeharto atau kediktatoran rezim yang sarna di Amerika Latin menjadi pemicu awal dari tumbuhnya gerakan-gerakan demokratik mahasiswa.
Kedua, di Indonesia Gerakan Mahasiswa mendapat suatu legitimasi sejarah atas keturutsertaannya terlibat dalam gerakan kemerdekaan dan semenjak berdirinya negara menjadi bagian yang di akui dari sistem politik. Jika kita telusuri, misaInya, perjuangan kemerdekaan Nasional yang didorong Soekarno Cs lewat kelompok-kelompok studinya, Hatta lewat Perhimpunan Indonesianya, temyata efektif dan mampu seeara luas membangkitkan perasaan untuk sesegera mungkin lepas dari belenggu kolonialisme. Kelompok yang dulunya di sebut "pemuda pelajar" ini menjadi semaeam "martir kelompok terdidik" yang membawa angin perubahan untuk memenuhi kebutuhan sosial masyarakat akan kemerdekaan. 
Ketiga, kekurangan lembaga dan struktur politik yang mapan. Akibat dari itu adalah relatif mudahnya bagi setiap kelompok yang terorganisir untuk mempunyai dampak langsung tehadap politik. Eksistensi politik GM muncul ketika kebutuhan tersebut hadir. Apalagi di barisan bawah gerakangerakan yang disponsori rakyat belum terakomodasi menjadi kekuatan perubahan yang signifikan. GM mulai membentuk suatu elit, sehingga merasa berperan dalam kemungkinan terjadinya transformasi sosial yang Iebih luas. Akses informasi tentang situasi perpolitikan memungkinkan banyak telaah untuk pembuktian bahwa proses regimentasi politik totaliter harus mendapat tanggapan yang serius dan diterjemahkan dalam bentuk gerakan-gerakan yang lebih konkrit. Banyak di antara universitas yang berada di perkotaan yang sebagian besar populasi mahasiswa berada dalam jarak jangkauan yang mudah terhadap pusat kekuasaan. Ini memungkinkan GM mudah melakukan sebuah aksi untuk memblow-up isu yang potensial dalam upaya pemobilisasian kesadaran massa yang lebih maju. Beberapa fenomena politik mahasiswa menjadi makin membesar karena ia di lakukan di tempat-tempat yang relatif mudah di jangkau media. Peristiwa 1965, 1974, sampai peristiwa mei 98 menjadi semacam pilot project radikalisme mahasiswa yang bergerak di lini oposisi pemerintahan. GM kemudian meneuat menjadi semaeam gerakan-gerakan ujung tombak (avant garde), dan eksistensinya semakin menjadi jelas ketika di dalam pereaturan politik di tingkatan negara dan massa akar rumput (grass roots), merasa kekurangan oposisi dari sistem politik rezim parlementarian atau sentralisme.
Sehingga GM seringkali menjadi "cabang keempat" dari sistem pemerintahan. Berbagai faktor seperti situasi ekonomi poUtik yang memprihatinkan kehidupan umum, ketidakadilan sosial, kebijaksanaan luar negeri pemerintah yang dianggap merugikan rakyat, politik yang telah menjadi tidak demokratis, dari semua faktor tersebut, mahasiswa kemudian membuat jalinan ideologis yang dalamjangka waktu panjang akan menimbulkan gerakan transformasi sosial.
Beberapa dekade terakhir GM meneoba untuk membedkan tawaran yang lebih jauh mengenai hubungannya dengan realitas rakyat yang menderita akibat perlakuan rezim. Pasca diberlakukan NKK/ BKK di semua perguruan tinggi, GM yang memilih untuk tetap menjaga jarak dengan kekuasaan langsung bersentuhan dengan kegiatan advokasi permasalahan rakyat. Kasus Badega, Kedung Ombo, Rancamaya, dB, menjadi saksi kegigihan GM yang tidak lagi mengemukakan ekspresi teoritik dalam diskusi-diskusi tapi langsung bergerak dalam llevel praksis. Sampai dengan tahun 1998 klimaks GM terjadi dan dalam skala luas memperoleh dukungan luas dari rakyat. Berikut skema Peran dan Posisi Mahasiswa dalam gerakan sejarah Indonesia. Yang dikutip dari tulisan Nur Sayyid Santoso Kristeva (2011:21-23).
TH
PERAN MAHASISWA
PENJELASAN

1908
Gerakan Mahasiswa Boedi Oetomo
Berdirinya Boedi Oetomo menjadi momentum tumbuhnya organisasi pergerakan mahasiswa baik yang bersifat eksternal maupun internal, karena tiada lama berselang perhimpunan lainnya mulai berdiri dengan nama Ambtenaren di Magelang, Kweekschool voor Inl. Onderwijzers di Jogjakarta dan Burgelijke Avondschool di Surabaya. Pada saat itu Boedi Oetomo belum mengarah pada pergerakan politik karena pada saat itu UndangUndang Pemerintahan Kolonial melarang keras
Boemipoetera melaksanakan aktifitas politik.

1922
Perhimpoenan Indonesia  di Belanda
Gerakan Mahasiswa yang dikatakan tertua. Didirikan oleh
Moh. Hatta pada saat ia     belajar di Nederland
Handelshogeschool di Rotterdam

1965
-
1966
Pemuda dan Mahasiswa Indonesia
Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan.

1970
Gerakan Anti Korupsi
Gerakan anti korupsi yang diikuti oleh pembentukan Komite Anti Korupsi, yang diketuai oleh Wilopo


1972
Peran Sosial Mahasiswa
Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama di masa Orde Baru karena Golkar dinilai curang dan Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.

1974
Gerakan Mahasiswa Indonesia
Gerakan memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi peristiwa Malari pada 15 Januari 1974, yang mengakibatkan dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden

1977
-
1978
Peran Politik Mahasiswa
Gerakan yang mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional yang mengakibatkan untuk pertama kalinya kampus-kampus perguruan tinggi Indonesia diserbu dan diduduki oleh militer. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh
Indonesia.

1987
-
1990
Peran Mahasiswa dalam Penuntutan Hak Berpendapat
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus. Sehingga pada akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

1998
Peran Mahasiswa dalam Kancah
Reformasi
Gerakan mahasiswa Indonesia yang menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, yang akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II, Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999.

E. Elemen Mahasiswa Di dalam Kampus
a.      MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa) adalah lembaga kemahasiswaan tertinggi, pemegang dan pelaksana kedaulatan Mahasiswa.
b.     DLM (Dewan Legislatif Mahasiswa) adalah lembaga kemahasiswaan yang bertugas menampung aspirasi mahasiswa untuk disampaikan kepada BEM.
c.      BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) adalah lembaga kemahasiswaan yang bertugas melaksanakan kegiatan kemahasiswaan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.