Nama Nurcholish Majid tidaklah asing bagi kita. Salah satu sosok pemikir Islam terbaik di Indonesia yang telah mengonstribusi pemikiran-pemikiran keislaman kontemporer, khususnya dalam apa yang ia sebut pada tahun 1990 sebagai mempersiapkan "Umat Islam Indonesia memasuki zaman modern"(Satu Menit Pencerahan Nurcholis Majid: 2013).
Nurcholis dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1939, beliau lahir di kota Jombang. Beliau dilahirkan dan dibesarkan di kalangan keluarga NU (Nahdlatul Ulama), namun beliau berafialisi politik modernis, yaitu Masyumi. Saat beliau semakin tumbuh dewasa pada masa SMA beliau tidak betah lagi di pesantren, karena berafialisi NU. Sedangkan beliau politik modernis.
Beliau semasa SMA, tumbuh dan berkembang di pesantren Gontor, Ponorogo. Disitulah beliau diajarkan untuk berpikir kritis, tidak berpihak pada salah satu mahzab yang fanatik serta mampu belajar bahasa Arab dan Inggris dengan baik.
Studi selanjutnya, beliau menempuh pendidikan jurusan bahasa dan sastra arab di IAIN (Sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Tidak berhenti disitu saja, semangat belajar terus berkembang. Akhirnya beliau melanjutkan Srata Dua di Universitas Chicago dengan mengambil jurusan ilmu politik dan filsafat islam.
Dalam masa menjadi aktivis inilah sosok Nurcholis Majid menjadi seorang pemikir muda Islam. Saat dibangku kuliah, beliau juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan akhirnya dilantik sebagai Pengurus Besar HMI. Selain itu beliau juga menulis sebuah karangan tentang " Modernisasi Ialah Rasionalisasi, Bukan Westernisasi". Meskipun saya belum pernah membaca buku pertamanya tersebut, karena saya bukan anggota HMI. meskipun begitu saya sangat penasaran dengan bukunya dan ingin membacanya.
Penulis : Rahayu Lestari Putri
Status : Mahasiswi IAI Sunan Giri Bojonegoro
Nurcholis dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1939, beliau lahir di kota Jombang. Beliau dilahirkan dan dibesarkan di kalangan keluarga NU (Nahdlatul Ulama), namun beliau berafialisi politik modernis, yaitu Masyumi. Saat beliau semakin tumbuh dewasa pada masa SMA beliau tidak betah lagi di pesantren, karena berafialisi NU. Sedangkan beliau politik modernis.
Beliau semasa SMA, tumbuh dan berkembang di pesantren Gontor, Ponorogo. Disitulah beliau diajarkan untuk berpikir kritis, tidak berpihak pada salah satu mahzab yang fanatik serta mampu belajar bahasa Arab dan Inggris dengan baik.
Studi selanjutnya, beliau menempuh pendidikan jurusan bahasa dan sastra arab di IAIN (Sekarang UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Tidak berhenti disitu saja, semangat belajar terus berkembang. Akhirnya beliau melanjutkan Srata Dua di Universitas Chicago dengan mengambil jurusan ilmu politik dan filsafat islam.
Dalam masa menjadi aktivis inilah sosok Nurcholis Majid menjadi seorang pemikir muda Islam. Saat dibangku kuliah, beliau juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan akhirnya dilantik sebagai Pengurus Besar HMI. Selain itu beliau juga menulis sebuah karangan tentang " Modernisasi Ialah Rasionalisasi, Bukan Westernisasi". Meskipun saya belum pernah membaca buku pertamanya tersebut, karena saya bukan anggota HMI. meskipun begitu saya sangat penasaran dengan bukunya dan ingin membacanya.
Penulis : Rahayu Lestari Putri
Status : Mahasiswi IAI Sunan Giri Bojonegoro
0 Komentar