BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banayaknya orang yang belum mengetahui bagaimana sejarah tentang Negara Arab sebelum menjadi Negara Islam.Dan juga riwayat hidup serta  jihad-jihad Nabi Muhammad SAW. Hal ini menyebabkan kami untuk membuat sebuah makalah yang membahas tentang sejarah Arab pra islam, riwayat hidup, perjalanan dakwah, dan jihad-jihad beliau Nabi Muhammad SAW guna untuk menambah pengetahuan kepada para pembaca makalah ini. Pada zaman modern ini orang lebih suka membaca komik, hanya sedikit orang saja yang mau membaca sejarah-sejarah dan kisah Nabi Muhammad SAW.
Secara umum banyak sejarah yang membahas tentang Jazirah Arab dan kisah-kisah tentang Nabi Muhammad SAW. Namun dalam makalah ini kami hanya akan menjelaskan tentang Arab pra islam dan sekitarnya, masa Muhammad di Mekkah, masa Muhammad di Madinnah, dan Kegigihan dan konsep Muhammad dalam jihad dinnil islam.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana kondisi Arab sebelum menjadi Negara Islam ?
2.      Bagaimana kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW ?
3.      Apa sajakah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW pada saat di Mekkah dan di Madinnah ?
4.      Seperti apakah jihad Nabi Muhammad ?
C.    Tujuan
1.      Memberikan informasi tentang Negara Arab sebelum islam
2.      Untuk lebih mengetahui tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW
3.      Memberikan informasi tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW
4.      Untuk mengetahui hal-hal apakah yang membuat Nabi gigih dalam jihad
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Arab Pra Islam dan Realitas Sekitarnya
1.      Keadaan Geografis Jazirah Arab
Jazirah ditinjau dari segi bahasa berarti pulau sedangkan Arab berarti gurun atau tanah tandus yang tidak ada air dan tumbuhannya. Sehingga tanah yang di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah, sebelah timur berbatasan dengan teluk Arab dan Irak Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arab dan di utara berbatasan dengan negara-negara Syam ini disebut Jazirah Arab. Begitu pula penduduk yang tinggal di daerah ini, mereka disebut Orang Arab.[1]Jazirah Arab terbagi atas dua bagian,[2] tengah dan tepi.Bagian tengah terdiri dari pegunungan yang tandus karena jarang turun hujan. Sehingga penduduknya sedikit yang hidup mengembara untuk mencari padang yang ditumbuhi rumput sebagai tempat menggembala ternaknya. Penduduk yang mendiami Jazirah Arab bagian tengah ini disebut Badui.Hewan ternak menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan mereka.[3]
Jazirah Arab bagian tepi bagaikan pita kecil yang melingkari Jazirah tersebut.Di bagian tepi ini hujan relatif teratur, sehingga daerahnya lumayan subur.Oleh karena itu penduduknya tidak mengembara.Mereka mendirikan kota-kota, kerajaan-kerajaan dan sempat membina kebudayaan.Oleh sebab itu mereka disebut “Ahl al-Hadar” (Penduduk Negeri).Medan Jazirah Arab sangat berat karena terdiri dari gurun pasir dan pegunungan yang tandus dan di bagian tengah terdapat orang badui yang pemberani dan memiliki solidaritas kesukuan yang kuat.Keadaan yang demikian ini merupakan benteng yang kuat dari invasi negara asing.Sehingga penduduk Jazirah Arab sejak dulu merupakan orang-orang yang bebas merdeka di semua sisi kehidupannya.Meskipun mereka berdampingan dengan dua imperium besar, Romawi dan Persi.Kemudian karena letak geografisnya yang demikian, daerah utara dan selatan Jazirah Arab merupakan tempat lalu-lalangnya bangsa asing.Sehingga daerah tersebut menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, keagamaan dan seni.
2.      Komposisi Penduduk
Para ahli sejarah membagi penduduk Jazirah Arab berdasarkan silsilah menjadi tiga golongan, yaitu:
1.      Al-Arab al-Baidah, yaitu penduduk Jazirah Arab masa lampau yang tidak mungkin bisa dijelaskan secara rinci, seperti: Kaum ‘Ad Thamud, dan lain-lain.
2.      Al-‘Arab al-‘Aribah, yaitu penduduk Jazirah Arab keturunan Ya’rib bin Yashjib bin Qahtan. Golongan ini dikenal dengan sebutan Qahtaniyah, mereka berasal dari Yaman.
3.      Al-‘Arab al-Musta’rabah, yaitu penduduk Jazirah Arab keturunan Nabi Isma’il AS. Golongan ini biasa disebut Al-‘Adnaniyah. Mereka berasal dari Irak.
‘Adnaniyyun mendiami wilayah utara sementara itu Qahtaniyyun menguasai wilayah selatan.Akan tetapi kedua golongan ini lama-kelamaan membaur dengan adanya migrasi antara keduanya.[4]
3.      Sistem Kekuasaan dan Pemerintahan
Di Jazirah Arab terdapat dua golongan penguasa; Raja yang bermahkota dan Raja yang tak bermahkota.Raja yang bermahkota ini tidak memiliki kekuasaan penuh terhadap penduduk Jazirah Arab, mereka hanya berkuasa di pinggiran Jazirah Arab.Pada hakekatnya yang berkuasa penuh secara mandiri adalah Raja yang tak bermahkota, yaitu para kepala kabilah (clan) dan kepala suku (tribe).Mereka memiliki kekuasaan penuh dan memiliki keistimewaan seperti raja.[5]Sedang di daerah Hijaz yang berkuasa penuh adalah Isma’il AS dan keturunannya ‘Adnaniyyun).Sementara itu penduduk Jazirah Arab yang ada di pedalaman dan jauh dari kekuasaan para Raja tersebut memiliki kebebasan penuh.
4.      Keadaan Politik dan Sosial Budaya
Tiga daerah yang berbatasan dengan daerah asing, masyarakatnya dalam keadaan sangat kacau.Para penguasa tidak memikirkan kesejahteraan raktaynya.Mereka hanya menuruti hawa nafsunya belaka.Kedaliman terjadi di mana-mana.Mereka tidak bisa mengeluh tapi tidak mampu melawan.Penduduk terbagi menjadi dua; “tuan” dan “hamba”. “tuan” -meski orang asing- selalu berlaku sewenang-wenang terhadap “hamba”. Sementara itu masyarakat yang ada di pedalaman juga tidak kalah kacau.Sering terjadi pertikaian bahkan pertumpahan darah di antara mereka.Sikap ini nampaknya sudah mendarah daging.Dalam masyarakat yang suka berperang, nilai wanita sangat rendah.[6]Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang.Karena itu, bahan-bahan sejarah Arab pra Islam sangat langka.
5.      Kepercayaan
Pada mulanya sebagian besar penduduk Jazirah Arab memenuhi seruan dakwah Nabi Isma’il AS yang mengajak mereka untuk mengikuti agama Ayahnya, yaitu Ibrahim AS.Mereka menyembah Allah SWT dan mengesakannya.Namun dengan berjalannya waktu dan lamanya masa fatrah, mereka mulai mencampur adukkkan antara yang hak dan bathil.Maka masuklah ajaran kemusyrikan dan mereka mulai menyembah berhala.Akhirnya berkembanglah polytheisme.
Orang yang yang pertama memperkenalkan berhala kepada bangsa Arab adalah ‘Amr bin Lu’ai bin Qam’ah. Mula-mula is pergi ke Syam. Di sana dia mengetahui bahwa penduduk Syam banyak yang menyembah berhala. Merasa tertarik dengan berhala yang disembah oleh penduduk Syam, iapun minta satu berhala.Permintaan ini dipenuhi oleh penduduk Syam. Dia diberi satu berhala yang diberi nama hubal. Selain itu banyak pula ajaran dan kepercayaan yang menyimpang dari ajaran tauhid yang yang mula-mula mereka peluk, di antaranya adalah:
1.      Keputusan ketika mereka hendak melakukan suatu kegiatan seperti bepergian, menikah atau lainnya ditentukan dengan cara undian. Apabila yang keluar “ya” maka dia akan melakukannya. Akan tetapi kalau yang keluar “tidak ” maka mereka tidak akan melakukannya.
2.      Mereka mempercayai apa yang dikatakan oleh para Peramal nasib dan Ahli Nujum
3.      Tiyarah (menganggap akan tertimpa sial). Anggapan ini bermula ketika mereka mendatangi burung atau kijang saat akan melakukan suatu pekerjaan. Ketika burung/kijang yang didatangi lari kearah kanan berarti pertanda baik. Apabila larinya ke sebelah kiri berarti pertanda buruk.
Meski mereka sudah banyak melakukan penyimpangan, namun sebagian ajaran Nabi Ibrahim AS masih mereka pegang teguh, dantaranya adalah:
1.      Pada saat ihram mereka tidak masuk dari rumah melalui pintu belakang.
2.      Mereka berkata bahwa orang yang datang dari tanah halal sebaiknya tidak makan makanan yang dibawa dari tanah halal apabila mereka datang untuk melakukan ibadah haji atau ‘umrah.
3.      Mereka mengaku sebagai keturunan dari Nabi Ibrahim SAW dan yang berhak atas tanah haram.
Pada saat itu orang-orang yang memeluk agama Yahudi, Nasrani, dan Majusi juga sudah ada.
6.      Kondisi Sosiologis
Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentangkomunitas yang luas.Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan).Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang Syeh.Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi kabilah atau suku.[7]Bahkan mereka rela mati demi membela kaluarga atau kabilahnya.Mereka juga rela mati demi membela sukunya.Bahkan di kalangan mereka ada pameo “unsur akhaka doliman aw madluman”.Mereka suka berperang.Oleh karena itu perang suku sering terjadi.Dalam masyarakat yang suka berperang nilai wanita sangat rendah.[8]
7.      Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian utama penduduk Jazirah Arab adalah perdagangan.Namun perdagangan hanya dapat dilakukan pada masa aman yaitu pada “al-Ashhur al-hurum”. Selain itu ada pula yang berusaha di bidang konveksi, penyamakan kulit, dan lain lain..Bahkan di pedesaan di daerah pedesaan ada yang berusaha di bidang pertanian dan peternakan.Wanita-wanita Arab pandai menenun kain.Namun sayang hasih usaha tersebut kebanyakan digunakan untuk berperang Kemiskinan dan kelaparan pun terjadi di mana­-mana.
B.     Masa Muhammad Di Mekkah

1.      Kelahiran Muhammad SAW
Sembilan bulan sudah Aminah mengandung buah kasih sayangnya dengan ‘Abdullah.Selama itu pula Aminah melewti hari-hari indah bersama putranya yang masih berada didalam kandungan.Beliau telah siap sedia untuk menyerahkan hidup dan matinya untuk melindunginya. Lahir pada hari senin,02 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Aminah tenggelam dalam kebahagiaan dan beliau segera memerintahkan seseorang untuk memberitahu ‘Abdul muthalib.
‘Wahai ayah, engkau telah dianugerahi cucu.Datang dan lihatlah Dia”.
Seolah tak ingin berlama-lama, beliau bergegas menuju tempat Aminah.Sesampainya disana, digendongnya cucu barunya itu untuk beliau bawa ke Ka’bah.Malam yang begitu tenang dengan selambu hitamnya menjadi saksi keceriaan pemukia Quraisy itu.Jalan tandus kekuning-kuningan yang membujur kaku mengantar ‘Abdul Muthalib menuju bangunan suci yang berada di Kota Mekkah itu.Dihadapan bangunan Ibrahim dan Ismail yang berdiri kokoh, beliau tidak henti-hentinya memanjatkan rasa syukur pada Allah. Dalam khidmat doanya, sebuah nama tersirat didalam hati beliau. Muhammad, itulah nama yang disematkan pada cucu kesayangan yang dipondongnya.[9]
Semasa bayi beliau disusui oleh tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab kemudian Halimah binti Abu Dzu'aib dari sa'ad bin Bakr. Setelah peristiwa pembelahan dada, dia dikembalikan kepada ibunya. Sesudah sang ayah wafat, sang ibu wafat. Abdul Muthalib mengasuhnya sampai usia 8 tahun. Pada saat usia itu kakek meninggalkan Rasulullah begitu cepat. Kemudian sang paman Abu Thalib mengasuh Nabi Muhammad SAW hingga beliau dewasa. Pada usia 12 tahun, Abu Thalib membawanya berdagang ke Syam. SetIbanya di Bushra, beliau bertemu seorang rahib bernama bahira dan diberi kabar ada tanda-tanda kenabian pada Muhammad. Abu Thalib diminta kembali ke Mekah demi keselamatan Muhammad dari ancaman para Ahli Kitab. Pada usia 15 tahun, Muhammad turut dalam perang Fijar dan perjanjian Hilful Fudul antara pihak Quraisy bernama Kinanah dengan pihak Qais Allan bersama paman-pamannya. Awal remaja, beliau biasa menggembalakan kambing di kalangan bani Sa'ad dan juga di Mekah dengan imbalan beberapa dinas. usia 25 tahun, beliau berdagang ke Syam, menjalankan barang dagangan milik Siti Khadijah. Dua bulan sesudah itu, beliau menikahi khadijah, seorang wanita terhormat, kaya raya, cantik, dan dari keluarga terpandang yang berusia 40 tahun. Pada usia 35 tahun, beliau digelari Al Amin, terpilih sebagai orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad ke tempatya, menemukan solusi dari perselisihan hebat diantara kaum Quraisy.
Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah. Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
2.      Strategi Dakwah Rosulallah Periode Mekkah
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.      Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
2.      Dakwah Secara Terang-Terangan
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
a.       Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b.      Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
                  Pada masa dakwah terang-terangan di Mekkah kaum kafir Quraysi yang masuk islam adalah: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M). Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi,seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah).[10]
C.    Masa Muhammad Di Madinnah
Pada masa Muhammad di Yastrip (Madinnah) ada perkembangan islam yang sangat baik karena pada tahun 621 M banyak orang penduduk Yastrip yang menemui Nabi Muhammad SAW di bukit Akabah dan pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk melakukan haji, tetapi sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai rasulullah SAW dan mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert para pengikut dan keluarganya seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut Perjanjian Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi pindah bersama.
Pada saat di Madinnah kaum kafir Qurays berencana untuk membunuh Nabi Muhammad SAW karena mereka khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib. Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka. Dan juga Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan seluruh suku Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.[11]
Namun rencana-rencana kaum kafir Qurays tersebut telah diketahui oleh Nabi SAW dan pemuda Qurays terkecoh.Nabi Muhammad mengelabuhi para kaum kafir Qurays.Pada saat Ali Bin Abi Thalib tidur disangka oleh kaum kafir itu adalah Nabi Muhammad SAW, mereka menghampirinya dan ternyata itu adalah Ali Bin Abi Thalib.Nabi Muhammad SAW sudah berangkat lebih awal dan sudah mengetahu kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri pantai laut merah.
D.    Kegigihan dan Konsep Muhammad Dalam Jihad Dinnil Islam
Salah satu yang sangat kurang dipahami dan dihayati para aktifis muslim adalah bahwa dakwah harus menjadi warna dominan dalam gerakan kemerdekaan Islam yang mereka usung. Jika bicara soal gerakan kemerdekaan Islam, yang menonjol terlihat baik oleh kawan atau lawan biasanya nuansa perlawanan fisik atau jihad bersenjata. Mereka umumnya terlalu tercelup dengan paradigma bahwa cara yang paling mujarab untuk memerdekakan Islam adalah jalan senjata alias jihad. Jalan paling pintas untuk memerdekakan Islam adalah jihad.Dakwah?Terlalu lama.Begitulah umumnya persepsi yang ada di benak aktifis yang kadung terobsesi jihad.
Padahal jika kita membaca sirah nabawiyah (sejarah perjuangan Nabi saw), kesan yang lebih kuat muncul dari sosok Rasulullah dan sepak terjangnya dalam menegakkan Islam adalah pendekatan dakwah. Jihad yang dilakukan Nabi Muhammad saw terkesan hanya sebagai jalan darurat dan terakhir jika pendekatan dakwah buntu. Atau sebagai alat untuk menyingkirkan hambatan dakwah yang membandel.Obsesi Nabi Muhammad saw dalam memberi hidayah dan mengajak masyarakat untuk masuk Islam menjadi karakter yang melekat, termasuk saat melakukan jihad fi sabilillah. Titik awal perjuangan Nabi saw adalah dakwah. Obsesi Nabi saw adalah bagaimana menemukan cara yang paling sedikit menimbulkan korban tapi paling efektif dalam menyebarkan hidayah kepada umat manusia.
Pada saat perang Khaibar juga dilandasi dengan dakwah.  Rasulullah saw bersabda pada perang Khaibar:
عن سهل  ابن سعد رضي الله عنه قال، قال النبي صلى الله عليه وسلم يوم خيبر: لأعطين الراية غدا رجلا يفتح على يديه يحب الله ورسوله ويحبه الله ورسوله ،  فبات الناس ليلتهم أيهم يعطى فغدوا كلهم يرجوه ، فقال: أين علي؟ فقيل يشتكي عينيه، فبصق في عينيه ودعا له فبرأ كأن لم يكن به وجع، فأعطاه فقال: أقاتلهم حتى يكونوا مثلنا؟ فقال: انفذ على رسلك حتى تنزل بساحتهم ثم ادعهم إلى الإسلام وأخبرهم بما يجب عليهم فوالله لأن يهدي الله بك رجلا خير لك من أن يكون لك حمر النعم
Artinya: “Dari Sahal bin Saad ra, Rasulullah saw bersabda pada perang Khaibar: Besok aku akan serahkan panji perang kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya, ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya juga mencintainya. Pada malam harinya, seluruh pasukan kasak-kusuk menebak siapa yang akan beruntung dan masing-masing berharap dirinya yang akan terpilih. Esoknya, Rasulullah saw bertanya: Mana Ali? Ada yang menjawab: Dia sedang sakit mata ya Rasulullah. Lalu Rasulullah saw meludahi kedua matanya dan mendoakannya, setelah itu matanya langsung sembuh seperti tak ada bekas sakit. Kemudian Rasulullah saw menyerahkan panji perang kepadanya”.
Ali bin Abi Thalib ra bertanya: Apakah aku diperintahkan untuk memerangi mereka agar menjadi seperti kita semua? Rasulullah saw menjawab: Berangkatlah dengan senyap, hingga engkau mencapai tanah pekarangan mereka. Sampaikan dakwah (ajakan) kepada mereka untuk masuk Islam, dan ajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban mereka. Demi Allah, engkau dapat memberi petunjuk satu orang dengan ijin Allah lebih baik dibanding engkau mendapat hadiah onta terbaik. (Shahih Bukhari no hadits 2847).
“Ketika jihad kehilangan rasa dakwah, maka jihad hanya akan menampilkan potret pertumpahan darah dan pelampiasan dendam yang mengerikan. Sentuhan dakwah menjadikan jihad tetap terkawal dalam puncak ketinggian akhlaq seorang muslim, dan puncak misi suci: mengentaskan manusia dari gelapnya jahiliyah untuk dibimbing menemukan cahaya Islam”.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dulunya Negara Arab sebelum mengenal islam mereka melakukan kedzaliman dimana-mana. Sebelum Arab menjadi islam disana orang-orangnya meneyembah berhala yang di perkenalkan oleh ‘Amr bin Lu’ai bin Qam’ah.
Pada intinya Nabi Muhammad SAW sejak lahir sudah menjadi anak yatim.Banyak cobaan yang beliau hadapi semasa hidup di Dunia, orang-orang yang beliau sayangi begitu cepat meninggalkan-Nya. Pada saat Nabi menyebarkan agama islam di Mekkah dan Madinnah banyak rintangan yang beliau hadapi. Yaitu kaum kafir Qurays yang menentang ajaran islam, beliau terancam terbunuh. Sehingga beliau menyebarkan islam dengan cara sembunyi-sembunyi, Namun beliau tetap gigih menyebarkan agama islam. Beliau berjihad dilandasi dan dijiwai ruh dakwah yang mendalam. Jihad bukan seperangkat syariat yang menjadi saluran pelampiasan dendam oleh para pelaku jihad kepada musuh yang pernah menzalimi, tapi alat untuk memasukkan misi dakwah ke hati dan pikiran umat manusia.
B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.



DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003.
Hasan, Hasan Ibrahim. Sejarah dan Kebudayaan Islam I. Jakarta: Kalam Mulia, 2001.
Lings, Martin. Muhammad, Qomarudi SF (terj.). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005.
Zadah, Hamami, Hamisy Tafsir Yasin, Surabaya: Al-Hramain Jaya, 2005.
Ridha, Muhammad Afandi, Muhammadur Rasulullah, TP: TT.





[1]A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003), 28.
[2]Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 6-7
[3]A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003), 30
[4]Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.), 10
[5]A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam I (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003), 33-39
[6]Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.), 11

[7]Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.), 17
[8]Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.), 11
[9]Martin Lings, Muhammad, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), Qomarudin SF, (terj.),hal 8.
[10]Hamami Zadah, Hamasy Tafsir Yasin, (Surabaya: Al-Haramain Jaya, 2005), hal. 4.
[11]Muhammad Afandi Ridha, Muhammadur Rasulullah, (TP: TT), hal 118-124.