Kamu pernah terluka, aku juga pernah, kamu pernah sedih, aku pun juga pernah, ku rasa kita selalu sama, sama-sama pernah egois, sama-sama pernah membenci, dan sama-sama meminta maaf.
Ini hari aku sedang pergi jauh, ingin melupakan segala keresahan dan luka yang pernah kamu tinggalkan.
Aku memang tidak sanggup menikahimu sekarang juga, detik ini juga, bukanya aku tidak suka denganmu, bukannya aku tidak mencintaimu.
Kali ini kamu harus tahu.
Aku masih menggenggam cinta sekuat hidup yang ku jalani, walau pun kamu sudah bersama orang lain.
Hujan menjadi saksi perjalananku yang pernah kedinginan diantara dua kota, ketika perjalanan pulang dari rumahmu.
Aku rasa kamu akan mengingatnya, hanya sekedar menolak lupa dari segala langkah yang pernah kita jalanin bersama.
Aku sengaja tidak datang diacara pernikahanmu, ku rasa itu lebih baik, biar hati ini tidak terlalu terluka melihat paras anggun dan batik ditanganmu, melihat ciuman pertama suamimu dikeningmu.
Sebisa mungkin, aku harus jalanin hari-hariku tanpa dirimu lagi, tanpa bisikan lirihmu dikedua telingaku menjelang tidur tiap malam.
Apa adanya saja, takdir telah memisahkan cinta kita yang tak lagi bersama tuk membangun rumah tangga berdua.
Senja juga tidak mau tahu, tentang kepastian jawaban keseriusanku waktu itu. Aku bukannya kecewa, karena itu jawaban semestinya.
Aku tidak egois, aku akui sekarang juga, aku belum berani meminangmu dengan sepenuh hati.
Orang-orang juga pernah merasakan hal yang sama, seperti aku hari ini, sangat indah bagiku pernah singgah dihatimu.
Sementara kamu yang sedang bahagia bersama dia, aku harap baik-baik saja dan bahagia selamanya, lupakan saja aku yang pernah kamu ceritakan ke temenmu tahun lalu, biar tidak merasakan luka seperti halnya aku.
Ini hari aku sedang pergi jauh, ingin melupakan segala keresahan dan luka yang pernah kamu tinggalkan.
Aku memang tidak sanggup menikahimu sekarang juga, detik ini juga, bukanya aku tidak suka denganmu, bukannya aku tidak mencintaimu.
Kali ini kamu harus tahu.
Aku masih menggenggam cinta sekuat hidup yang ku jalani, walau pun kamu sudah bersama orang lain.
Hujan menjadi saksi perjalananku yang pernah kedinginan diantara dua kota, ketika perjalanan pulang dari rumahmu.
Aku rasa kamu akan mengingatnya, hanya sekedar menolak lupa dari segala langkah yang pernah kita jalanin bersama.
Aku sengaja tidak datang diacara pernikahanmu, ku rasa itu lebih baik, biar hati ini tidak terlalu terluka melihat paras anggun dan batik ditanganmu, melihat ciuman pertama suamimu dikeningmu.
Sebisa mungkin, aku harus jalanin hari-hariku tanpa dirimu lagi, tanpa bisikan lirihmu dikedua telingaku menjelang tidur tiap malam.
Apa adanya saja, takdir telah memisahkan cinta kita yang tak lagi bersama tuk membangun rumah tangga berdua.
Senja juga tidak mau tahu, tentang kepastian jawaban keseriusanku waktu itu. Aku bukannya kecewa, karena itu jawaban semestinya.
Aku tidak egois, aku akui sekarang juga, aku belum berani meminangmu dengan sepenuh hati.
Orang-orang juga pernah merasakan hal yang sama, seperti aku hari ini, sangat indah bagiku pernah singgah dihatimu.
Sementara kamu yang sedang bahagia bersama dia, aku harap baik-baik saja dan bahagia selamanya, lupakan saja aku yang pernah kamu ceritakan ke temenmu tahun lalu, biar tidak merasakan luka seperti halnya aku.
Penulis : Muhammad Andrea
0 Komentar