Di bab ini membahas tentang dari mana pram berasal, dengan siapa ia berteman, Pendidikan apa yang ia tempuh, meninggalnya seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya yaitu ibundanya, lalu melanjutkan kehidupannya di Jakarta dengan tujuan untuk menghidupi keluarganya. Di mana saat itu pram menjadi tulang punggung keluarga karena sang ayah yang terlalu sibuk dengan dunianya guna untuk membuat sekolah formal supaya anak-anak pribumi bisa sekolah. Hingga pram harus menghidupi ke 6 adiknya. Selanjutnya tentang pahit manis kisah asmara pram. Berjuang untuk kemerdekaan RI, dan bekerja di balai pustaka hotel prodeo dari bukit duri hingga pulau buru. Bagi hidupnya keluar masuk penjara itu sudah biasa. Bahkan ia menjadikan penjara adalah rumah ke-2nya. Polemic penghargaan yang ia dapatkan setelah merasakan pahit manis menulis karyanya. Baginya semua itu taka da gunanya. Pram hanya ingin menyuarakan  bagi mereka-merka yang terbungkam dan tertindas oleh system foedalisme jawa, imperialisme kuno, dan kolonialisme belanda.

Pram memang berasal dari daerah pembangkang (Blora). Mengapa di katakana seperti itu? Karena di kota blora inilah muncul sekelompok petani yang memberontak terhadap kekuasaan yang ada. Karena pada saat itu makin memburuknya situasi dan kondisi ekonomi masyarakat blora. Pram sendiri berasal dari keluarga yang mempunyai 2 kultur budaya yaitu: 1. Kultur santri tradisional (ibundanya). 2. Kultur kejawen pagan (ayahnya). Akan tetapi itu tidak masalah dan malah menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi. Ibunya yang bernama sa’idah berpesan padanya “jadilah orang bebas, jadilah majikan bagi dirimu sendiri, tapi jangan melanggar hak orang lain. Jangan sekali-kali minta pada orang lain” . pesan inilah yang selalu di pegang oleh pram dan ini adalah salah satu alasan mengapa pram lebih menyayangi ibunya daripada ayahnya. Karena sifat ayahnya yang kasar serta ayahnya yang jarang di rumah membuat pram kurang kasih saying dari ayahnya.

Dalam pergaulan pram hanya berteman seorang anak petani/buruh tani. Karena kelahiran pram yang premature membuat pram tumbuh menjadi anak yang lemah. Bukan hanya fisiknya saja tetapi juga intelektualnya. Dari sinilah pram merasa minder walaupun ia terlahir dari keluarga priyayi.

Terkait dengan pendidikan pram juga sangat rendah. Ia lulus dari SD saat berumur 11 tahun bersamaan dengan adiknya yang bernama Soesilo Toer yang saat itu berusia 7 tahun. Sudah jelas bahwa pram rendah dalam intelektualnya. Dalam hal ini pram merasa rendah saat sang ayah mengatakan padanya “ BODOH”  karena saat itu pram sudah 3 tahun tidak naik kelas. Sang yah yang menjadi kepala sekolah di sekolah dasar itu merasa malu karena sang anak sulungnya ternyata rendah intelektualnya. Selanjutnya untuk urusan asmara pram juga tidak jauh darii masa kecilnya. Ia 2 kali menikah karena di pernikahannya yang pertama selalu ada masalah ekonomi yang membuat sang istri merasa tidak puas dengan apa yang telah di berikan suaminya padanya. Ia yang terbiasa hidup dengan kemewahan. Karena Alfa Irjas adalah seorang anak tunggal dan harus berbagi kepada 3 adik dari pram yang masih membutuhkan uluran tangan pram. Hingga akhirnya pram berpisah dengan Alfah Irjas. Tak lama setelah itu ia berteu dengan seorang wanita yang ideal yang mampu hidup dengannya dalam keadaan suka maupun duka. Ia adalah Maemunah Tamrin.

Menulis bagi pram bukan untuk klangenan, hiburan, iseng, popularitas, slengekan, romantis-romantisan, dan tujuan-tujuan lebay lainnya. Melainkan untuk membangun peradaban, menumbuhkan kreativitas, menuntut tegaknya keadilan, membela kebenaran, membela kemanusiaan, menyuarakan pembebasan, membela yang tertindas, menyuarakan mereka yang terbungkam dan di singkirkan, melabrak ketidak adilan, melawan segala penyelewengan, melawan kesewenang-wenagan dan tirani. Jadi di sini sudah sangat jelas tujuan pram menulis itu untuk apa? Dan modal yang di butuhkan seorang penulis itu hanyalah ada satu yaitu: “KEBERANIAN” Kalau mati dengan berani, kalua hidup dengan berani, kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap orang asing bisa menjajah kita kata pram. Sistem Foedalisme jawa “taat pada atasan”. Hal ini yang membuat kita di jajah oleh bangsa asing. Budaya ini adalah salah satu bentuk penindasan yang di lakukan oleh atasan kepada bawahan, oleh juragan kepada ank buahnya, penguasa terhadap rakyatnya. Oleh karena itu foedalisme jawa tidak ada bedanya dengan imperialisme. Karena sama-sama menindas wong cilik, sama-sama memperbudak rakyat jelata.

Budaya foedalisme jawa ini bisa di katakana seperti ini “sopo siro,sopo ingsung (siapa kamu siapa saya) perbedaan antara atasan dan bawahan. Yes bos atau injjih ndoro”. Istilah ini yang di pakai orang jawa dalam kesehariaanya pada zaman kolonialisme. Imperialisme di bagi menjadi 2 yaitu: 1. Imperialism kuno (gold,glory,gospel) di sini para penjjah setelah mendapatkan kekayaan, akan menguasai dalam bentuk kekuasaan, setelah itu menyebarkan agama yang di pelopori oleh spanyol dan Portugal. 2. Imperialism modern (tempat penanaman modal untuk mencapai surplus kapital). Imperialisme sendiri di bagi menjadi 4 bagian yatitu: imperialisme politik, imperialisme ekonomi, imperialisme kebudayaan, imperialisme militer.

Faktor yang memicu lahirnya imperialisme itu ada bebrapa hal antara lain: Hasrat untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia, persaaan ingin menjadi bangsa yang istimewa/superior, Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi, letak suatu negara yang strategis dan motif-motif imperialisme. Pram senidiri  tidak bebas dalam menyampaikan kritikannya lewat bentuk tulisan. Berbagai rintangan yang ia jalani bahkan terror yang menimpa istrinya memunah tamrin karena mengetahui bahwa ia adalah istri dari pram.  Saat itu ia di terror bahwa pram di tahan di rumah tahanan militer ( mendiang wakil presiden dinera soeharto: soedarmono). Setelah runtuhnya order baru dan angina reformasi berhembus mulai saat itulah pram merasa bebas Bersama keluarganya di Bujong Gendis Bogor. Di masa orde baru karya-karya pram belum banyak di ketahui oleh para kalangan khususnya para pemuda. Karena apa? Buku-buku yang menyebabkan virus-virus marxisme,linifisme,komunisme. Itu haram untuk di ikuti bahkan di pelihara. Bahkan saat itu ada 3 aktivis yang di tangkap oleh militer karena ketahuan mendiskusikan karya pram atntar lain adalah: Bambang Subono yang di penjara selama 6 tahun Bersama dengan Bambang Isti Nugroho. Sedangkan untuk Bonar Tigor Naispospos mendapatkan hukuman yang paling berat karena di tuduh actor intelektual dalam penyebaran karya-karya pram deangan hukuman 8 tahun penjara.

Selanjutnya dalam buku ini pram melakukan pembelaan terhadapkaum perrempuan yang tertindas. Di mana pada zaman itu kaum perempuan hanya menjadi pemuas nafsu di kalangan para raja,bupati, dan elit penguasa local. Bahkan bisa di katakan wanita adalah pihak Sub-Ordinat (Second Sex): konco wingking, menjadikan kaum perempuan itu nomor 2. System foedalisme jawa ini juga di dukung oleh system emperialisme yang menindas kaum perempuan apalagi berda di kalangan rakyat jelata. Dari system gender, foedalisme ini hanya menguntungkan kaum laki-laki dan cenderung menistakan kaum perempuan. Foedalisme ini juga hampir sama dengan tradisi jahiliyah timur tengah waktu rosulullah belum lahir. Di mana pada waktu itu jika seorang perempuan akan di kubur hidup-hidup. Bedanya kalua di system foedalisme seorang gadis pantai atau gadis pribumi yang menikah dengan kaum bangsawan dan melahirkan anak perempuan. Saat itu pula ia akan di ceraikan dan di suruh pergi tanpa membawa darah dagingnya senidiri. Sungguh bejat sekali para kaum ningrat / elit. Mereka hanya ingin nafsu birahinya terpenuhi dan setelah terpenuhi  ia akan menceraikannya jika ia melahirkan anak perempuan. Para gadis pribumi yang di rebut keprawananannya lalu di buang begitu saja setelah kaum ningrat mengambilnya.

Itulah salah satu alasan mengapa pram mengkritik system foedalisme lewat karya-karyanya bukan hanya itu saja para gadis pribumi juga di beri janji-janji manis agar bisa melanjutkan studinya ke luar negeri oleh para militer jepang akan tetapi semua itu hanyalah tipuan semata. Contoh dari salah satu sekian banyak wanita yang di tipu adalah seorang wanita yang berasal dari Wonogiri Jawa Tengah. Bapaknya seorang polisi desa (kamitua) di Wonogiri. Ia di beri janji beasiswa untuk melanjutkan studi di bidang kebidanan dan setelah lulus dia di janjikan akan di perkerjakan di rumah sakit Ambon. Akan tetapi semua itu hanya tipuan semata. Ia Bersama remaja-remaja lainnya di perkosa dan di jadikan  boneka permainan para serdadu Jeapang.

Bung Hatta saat itu menjabat sebagai wakil presidean bung Karno mersa tidak setuju dengan system yang di inginkan bung Karno yaitu system Demokrasi Parlementer di mana di manfaatkan oleh oara orang pki. Sebagai politik adu domba dan belah bumbu unuk menjunjung tinggi bung Krno dan menginjak Bung Hatta. Di saat itu di manfaatkan oleh orang-orang tertentu hanya untuk kepentingan politik saja. Kecurigaan-kecurigaan yang muncul di sebabkan karena mereka berfikir kalau Pancasila hanay akan di gunakan sebagai alat persatuan rakyat saja. Setelah rakyat Bersatu Pancasila akan di campakkan begitu saja dan di ganti dengan Komunisme.

Di usia pram yang semakin renta dan lanjut usia ini ia tetap saja menulis. Karena baginya itu adalah salah satu bentuk jiwa nasionalis dengan cara mengkritik  lewat karya-karyanya yang sekarang di kenal banyak orang. Jika pada zaman dulu ia menjadi pegawai sja maka hidupnya kan biasa-biasa saja. Ia tetap saja menulis walaupun kesehatannya menurun. Akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok.

Pada 12 januari 2006, seteah di kabarkan ia 2 minggu terbaring di rumah sakit di bojong gede Bogor. Ia meninggal dunia karena menderita sakit diabetes,sesak napas, dan jatungnya yang melemah. Sesuai idiologi yang di anut Realisme Sosialis. Pram menganggat tema-tema konkret yang di alami oleh manusia. Ia bicara soal rakyat kecil yang tertindas, perempuan-perempuan yang di jadikan pelacur oleh oleh kaum imperialism, para ningrat yang bertindak kejam kepada wong cilik, orang-orang kecil yang di buang dan di asingkan.

Oleh ; Septia.