Landai tanah tiada bertopi
Bendungan air gemuruhnya sepi
Merayaplah tiap tumbuhan merayap
Gemuruh tiada ‘kan sampai tepi
Kusingkaplah tabir
Teratak pojok empat menyongsong langit
Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Mimpi hari yang datang
Kenang hari yang lusa
Heranlah sempat menjangkau apa
Yang disebut waktu lari-cinta
Derum sampai di sini
Anak angin kehilangan induknya
Dan yang mati-matilah sirna
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Supaya kembali deru yang abadi
Awan membunga lebar-lebar
Berkerut mukaku atas telaga
Yang bening dan berikan bendera
Songsong anggapan ini
Muka barut-barut sendiri
Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Berkerut mukaku atas telaga
Hari-hari di musim panas
Sumber: Majalah Siasat, Nomor 324, 23 Agustus 1953, halaman 17
Bendungan air gemuruhnya sepi
Merayaplah tiap tumbuhan merayap
Gemuruh tiada ‘kan sampai tepi
Kusingkaplah tabir
Teratak pojok empat menyongsong langit
Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Mimpi hari yang datang
Kenang hari yang lusa
Heranlah sempat menjangkau apa
Yang disebut waktu lari-cinta
Derum sampai di sini
Anak angin kehilangan induknya
Dan yang mati-matilah sirna
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Supaya kembali deru yang abadi
Awan membunga lebar-lebar
Berkerut mukaku atas telaga
Yang bening dan berikan bendera
Songsong anggapan ini
Muka barut-barut sendiri
Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Berkerut mukaku atas telaga
Hari-hari di musim panas
Sumber: Majalah Siasat, Nomor 324, 23 Agustus 1953, halaman 17
0 Komentar