wisataindonesia.id
Siapa yang tidak mengetahui, tentu masyarakat daerah harus tahu, paham mengenahi sebuah fenomenal alam yang ada di Bojonegoro, kejadian hulu hingga hilir masih menjadi tempat upacara atau kesakralan dalam menjalankan tradisi Jawa di tempat tersebut yaitu Kayangan Api.

Kayangan Api berlokasi di Desa sendangharjo, Kecamatan ngasem, Kabupaten Bojonegoro dijadikan salah satu tempat Wisata oleh Pemerintah kabupaten Bojonegoro dari beberapa tempat wisata lainnya.

Tahun 2016 saya pernah berkunjung ditempat tersebut sambil menemui juri kunci, pada data yang saya peroleh, bahwa Kayangan Api merupakan peninggalan dari masa pajajaran Kerajaan Majapahit yang sengaja meninggalkan jejak Api di sekitaran hutan guna sebagai prasarana pembuatan alat-alat pusaka seperti keris. Empu yang membuat peralatan ini adalah Mbah kriyo kusumo atau lebih dikenal dengan nama Empu Supo. Mbah Kriyo ini menjadi seorang Empu pada zaman kerajaan majapahit, disitulah tempat dulunya mbh kriyo melakukan pembakaran alat-alat ketika mendapatkan pemesanan pusaka-pusaka dari Kerajaan.

Cerita lain, pada zaman dulu Empu Supo melakukan pertapataan di tengah hutan, dengan keadaan gelap gulita, maka empu menyalakan api di samping tempatnya bertapa. Itulah sebuah cerita legenda yang masih teringat di kalangan masyarakat Bojonegoro.

Ada beberapa orang peneliti, mengatakan bahwa Kayangan Api Bojonegoro ini menyala karena di dalam perut bumi, terdapat mineral gas alam. Gas alam ini terkena nyala api. Karena di dalamnya terdapat jumlah yang cukup banyak dan muncul terus menerus, maka nyala api di tempat wisata Kayangan Api sama sekali tidak pernah padam. Api ini akan semakin membesar pada sore dan malam hari, walaupun dimusim hujan.
Eastjava.com

Masih dalam satu lokasi, tidak jauh juga dari lingkaran penuh batu, hanya saja berjarak beberapa meter terdapat sumur tua dengan kedalamam kurang lebih 2 meter, Sumur tersebut dinamakan "Blukutuk" (dalam bahasa jawa), karena air yang bercampur batu kapur dan mendidih mengeluarkan suara blukutuk-blukutuk, air itu juga tidak pernah habis atau kekeringan dimusim kemarau.

Sumur tua yang mempunyai cerita legenda dari tutur mulut kemulut, bahwa tidak lama juga dalam proses pembuatannya dengan Kayangan Api, karena sumur yang berkedalaman 2 meter digunakan sebagai pendingin hasil dari produksi-produksi pusaka empu Suko masa itu.

Disitulah kita harus sadar bersama, bahwa sejarah akan tenggelam di sosial masyarakat, kalau tidak ada satu pun yang menulis sebuah fenomena-fenomena kejadin atau peninggalan dari orang-orang terdahulu, maka selayaknya kita sadar akan lingkungan di Bojonegoro, dari sisi lain Gas Alam dieksploitasi habis-habisan sampai beberapa puluh tahun mendatang, sisi lain diajdikan sebuah tempat Wisata yang menyimpan tradisi dan legenda masa pajajaran Kerajaan dahulu.

Penulis : Muhammad Andrea