Outbon Englis Course WLC Bojonegoro |
Dikala musim kemarau masyarakat di Dusun. Ngapus Desa. Glagahan Kecamatan
Sugihwaras mengalami kekeringan dan kurang air bersih untuk kebutuhan setiap
hari, sumur-sumur yang telah digali puluhan tahun dekat rumahnya menjamur,
tidak bisa lagi diharapkan, mereka berbondong-bondong pergi ke Juet Gede (sumur
di tengah hutan) setiap pagi dan sore untuk mengambil air dengan menggunakan
Timba Besar (tong pikul adah air).
Selang 1 bulan, ada si Fulan yang melihat kegelisan dan keresahan
masyarakat sekitar akan kurangnya air bersih, ia seketika itu melihat potensi
yang lebih, bahwa memperingankan beban penderitaan masyarakat bagian dari
perjuangan yang seharusnya dilakukan, kemudian ia pulang ke rumah mengambil
Curigen dan motornya untuk mengambil air ke Juet Gede juga, ia membawa 4 buah
Curigen dan ditawarkan ke Masyarakat dengan harga Rp. 2.500, antusias dan
partisipasi Masyarakat sangat besar, karena bisa meringankan dan lebih cepat
dalam meakses air di tengah hutan.
Tetapi, Si Fulan hanya mampu mengambil 3x sehari, karena dirasa sudah cukup
keuntungan yang didapat, ia mendapatkan untung bersih Rp. 20.000, yang Rp.
10.000 dipakai membeli bensin sebagai bahan bakar motor yang dia miliki atau
modal utama.
Kegiatan Si Fulan sehari-sehari seorang Petani, ia mengambil air dan menjualnya merupakan kerja srabutan/sampingan seusai menyiram tembakau di sawah waktu pagi dan sore hari. Selang 2 bulan kemudian, ada salah satu orang setempat, sebut saja dia Si Yusuf, dia adalah pedagang sukses dan kaya raya, kebutuhannya serba kecukupan, rumahnya mewah dan sawah beberapa puluh petak diberbagai tempat dan wilayah desa, bisa dikatakan dia masuk dalam kategori Kelas Menengah Keatas atau Tuan Tanah, dia mempunyai 2 truk dan 3 Mobil Tikep. Ketika dia sedang mengawasi para buruh tani yang bekerja di sawahnya, dia melihat dan mengamati si Fulan mengambil air pakai motor dengan membawa 4 Curigen, seketika itu Yusuf, melihat ada Potensi juga yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan atau dijadikan objek komersialisasi sumber daya alam yang ada di Masyarakat.
Kegiatan Si Fulan sehari-sehari seorang Petani, ia mengambil air dan menjualnya merupakan kerja srabutan/sampingan seusai menyiram tembakau di sawah waktu pagi dan sore hari. Selang 2 bulan kemudian, ada salah satu orang setempat, sebut saja dia Si Yusuf, dia adalah pedagang sukses dan kaya raya, kebutuhannya serba kecukupan, rumahnya mewah dan sawah beberapa puluh petak diberbagai tempat dan wilayah desa, bisa dikatakan dia masuk dalam kategori Kelas Menengah Keatas atau Tuan Tanah, dia mempunyai 2 truk dan 3 Mobil Tikep. Ketika dia sedang mengawasi para buruh tani yang bekerja di sawahnya, dia melihat dan mengamati si Fulan mengambil air pakai motor dengan membawa 4 Curigen, seketika itu Yusuf, melihat ada Potensi juga yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan atau dijadikan objek komersialisasi sumber daya alam yang ada di Masyarakat.
Waktu itu juga, ia segera pulang ke rumah dan mencari dua warga untuk
menawarkan kerja mengambil Air ke Juet Gede (Hutan), dengan gaji Rp. 50.000
sehari, Yusuf bersama dua warga langsung pergi ke Pasar naik Truk berwarna
Merah gelap untuk membeli 50 Buah Curigen dan 1 buah Pompa Air sebagai alat
produksi pengambilan air. Tidak hanya langsung dijual semua hasil dari
pengambilan air, Yusuf juga membuat bendungan atau tempat penampungan air di
belakang rumahnya, dalam sehari dua warga diharuskan mendapatkan 900 Buah
Curigen.
Penulis akan memberi sebuah sedikit pemahaman mengenahi perkembangan dari
setiap dinamika ekonomi dan sosial yang ada di Masyarakat, salah satunya
mengenahi Masyarakat yang kekeringan dan kurangnya air bersih, sehingga para
borjuis desa akan berperan masif dalam dunia lingkungan Masyarakat dengan dalih
kepedulian terhadap saksamanya, dari setiap fase pasti ada masa yang tidak bisa
dihindari oleh Masyarakat Desa Ngapus, seperti waktu musim kemarau, mereka akan
kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan setiap harinya, namun mereka
tetap berusaha mengambil air di tengah hutan dengan jarak yang ditemput 1/5
Jam, lalu bagaimana dengan borjuasi Desa yang berperan masif dalam ketimpangan
sosial, dia menjadi Hero Super untuk menyeleseaikan persolan yang pekik dan
pelik disetiap musim kemarau, borjuasi yang mempunyai segala kuasa dengan
segala harta dan tahta sebagai komoditas yang menindas bagi keluarga maupun
tetangga dan orang lain.
Penulis : Hasan Aliyudin
0 Komentar