Suatu hari di bulan Puasa Ramadhan, Gus Dur bersama seorang Kyai menghadiri undangan di kediaman mantan Presiden Soeharto untuk buka bersama.

Setelah berbuka dan Shalat Magrib berjama'ah, kemudian segera menuju ruang makan, Saat itulah terjadi dialog antara Soeharto dan Gus Dur.

Soeharto : "Gus Dur sampai malam di sini?"

Gus Dur : "Nggak, Pak! Saya harus segera pergi ke tempat lain."

Soeharto : "Oh ya, silahken. Tapi kyainya kan ditinggal di sini ya, jadi imam tarawih?"

Gus Dur : "Oh, ya, Pak! Tapi harus ada penjelasan."

Soeharto :"Penjelasan apa?"

Gus Dur : "Shalat tarawihnya ngikutin NU lama atau NU baru?"

Soeharto : "Lho, NU lama dan NU baru apa bedanya?

Gus Dur : "Kalau NU lama, tarawihnya dan witirnya 23 rakaat."

Soeharto : "Ih, ya... nggak apa-apa...."

Gus Dur sementara diam. Kemudian Soeharto bertanya kembali.

Soeharto : "Lha, kalau NU baru?"

Gus Dur : "Diskon 60% !"

Hahahahahahaha.... (Gus Dur, Soeharto, dan orang-orang yang mendengarkan dialog tersebut tertawa).

Gus Dur : "Ya, jadi shalat tarawih dan witirnya cuma tinggal 11 rakaat."

Soeharto : "Ya sudah, saya ikut NU baru aja, pinggang saya sakit."